Friday, 1 March 2013

Latar Belakang Sejarah Berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Latar Belakang Sejarah Berdirinya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Keraton Ngayogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan atas dasar perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Sunan Pakubuwono III dan Pangeran Mangkubumi dipihak lain serta Nicolas Harting pada tangga l 29 Rabiulakhir 1680 Jawa 13 Februari 1755. Perjanjian tersebut mengakhiri perang saudara antara Pangeran Mangkubumi dengan Sunan Pakubuwono III. Menurut Perjanjian Giyanti, wilayah Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua : Pangeran Mangkubumi menjadi raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I Senopati Ing Alaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ing Ngayogyakarta. Sementara sebagian wilayah lain tetap dikuasai oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III dengan Ibukota Kerajaan Surakarta.
Keraton Yogyakarta mempunyai luas wilayah 87.050 km2 dan meliputi daerah Mataram asli seperti Kedu, Bagelan, Banjarnegara, sebagian Pajang, Pacitan, Madiun, Grobogan, dan Mojokerto. Semula tempat yang dipilih untuk mendirikan Keraton adalah desa Telogo, dimana baginda pernah mendirikan pesanggrahan yang diberi nama Ngambar Ketawang, tetapi kemudian baginda memutuskan untuk mendirikan Keraton di Hutan Garjitawati, dekat Desa Beringin dan Desa Pacetokan. Dengan alasan daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun sebuah Keraton dengan bentengnya, maka aliran sungai Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliran sungai Winanga sedikit dibelokkan ke barat.

Menurut cerita mitos, hutan Beringin tersebut dijaga dua ekor ular naga, yaitu bernama kiai Jaga dan kiai Jegot. Maka setelah Keraton Yogyakarta berdiri, kiai Jaga kemudian bertempat tinggal pada bangunan tugu, sedang kiai Jegot bersemayam pada bangsal Proboyekso Keraton Yogyakarta.

Hutan Beringin yang dipilih oleh Sultan merupakan tempat bersejarah karena di daerah itu pada tahun 1747 dan tahun 1749 Kanjeng Pangeran Haryo Mangkubumi dihadapan rakyat mengumumkan penobatan dirinya sebagai Susuhunan ing Mataram. Baginda menetapkan tempat itu untuk didirikan Keraton dan menjadi Ibukota yang kem udian diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dari latar belakang perkembangan yang selintas diceritakan di atas, tampak adanya berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan tempat di Hutan Beringin itu sehingga menjadi pangkal pertumbuhan kota Yogyakarta. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut meliputi faktor sejarah, keagamaan, pengalaman pribadi Mangkubumi sendiri, dan adanya unsur asing yang datang yaitu VOC yang dikemudian hari bertambah dengan pengaruh pemerintahan Inggris diawal abad ke-19.

Pembuatan Keraton Yogyakarta selesai pada tahun 1682 Jawa dan ditandai dengan sengkalan memet (condrosengkolo memet) dipintu Gerbang Kemagangan dan pintu gerbang Gedung Mlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa : Dwi naga rasa tunggal. Artinya, Dwi : 2, naga : 8, rasa : 6, tunggal : 1. Dibaca dari belakang : 1682. Naga berwarna hijau memiliki makna tersendiri yaitu simbol dari pengharapan. Pembangunan Keraton Yogyakarta kemudian diikuti dengan pembuatan benteng keliling sebagai batas wilayah ibukota kerajaan dan pembuatan masjid Agung.
Sri Sultan HB I

Arsitek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ialah Sri Sultan Hamengkubuwono I. Keahlian sebagai arsitek bangunan sudah dimiliki sejak masih muda, baginda bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati. Menurut Pigeund dan Adam dimajalah tahun 1940 (1978 : 7) : Sri Sultan Hamengkubuwono I mendapat julukan de bowmeester van zijn broer Sunan Pakubuwono II (arsitek dari kakanda Sri Sunan Pakubuwono II). Beliau membuat arsitektur Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang arsitekturnya ada kemiripannya dengan arsitektur Kasunanan Surakarta.

Satu hal yang membedakan adalah bagian utama dari bagian-bagian penting di Keraton Kasultanan Yogyakarta dibuat lebih megah dan memberi kesan yang lebih berwibawa daripada Kasunanan Surakarta. Keraton Yogyakarta yang berlatar belakang budaya Islam pada bangunannya banyak dijumpai unsur-unsur kebudayaan Hindu. Pola dasar pendiri an bangunan pada komplek Keraton Yogyakarta menggunakan unsur kebudayaan Hindu, ini tampaknya memang begitu menonjol di dalam proses akulturasi dengan kebudayaan yang sedang berkembang di Keraton Yogyakarta yang pada dasarnya bernafaskan Islam. Tata letak maupun pengelompokan bangunan pada komplek Keraton Yogyakarta mempunyai kesamaan dengan sistem yang digunakan pada komplek Keraton dari periode Hindu.

Bentuk-bentuk bangunan yang terdapat di komplek Keraton Yogyakarta mirip sekali dengan bentuk bangunan kontruksi kayu yang terdapat dalam relief candi, yang tentunya menggambarkan bangunan yang digunakan oleh masyarakat pada periode klasik. Beberapa hiasan dengan motif flora, fauna, ataupun alam banyak dijumpai pada  bangunan dalam komplek Keraton Yogyakarta, antara lain pada gapura,  atap bangunan, tiang, umpak, baturana dan sebagainya. Hiasan-hiasan tersebut merupakan pengisi bidang dan hiasan yang mempunyai arti tertentu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa unsur-unsur kebudayaan Hindu masih tampak pada komplek bangunan Keraton Yogyakarta yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan yang sedang berkembang. 

Adapun bentuk fisik bangunan yang terdapat dalam komplek Keraton Yogyakarta sebagian besar menggambarkan bentuk rumah tradisional Jawa dan sebagian diantaranya menggunakan konstruksi kayu. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan atap tunggal (atap susun) yang berbentuk limasan, tajug, kampung (pelana) dan joglo. Bagian  tubuh bangunan ada dua bentuk, yaitu merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding penutup ruangan)  dan merupakan bangunan yang menggunakan dinding penutup tubuh. Di dalam Keraton Yogyakarta terdapat banyak bangunan, halaman, dan lapangan. Komplek Keraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah Keraton membentang dari sungai Code sampai sungai Winanga, dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. 
Denah lokasi keraton Ngayogyakarta

Tujuh buah halaman yang terdapat dalam komplek Keraton disusun berderet dari utara dan selatan. Antara  halaman yang satu dengan halaman yang lain dipisahkan oleh dinding penyekat dan dihubungkan dengan pintu gerbang. Ketujuh buah halaman tersebut masing-masing berisi bangunan dan nama-nama halaman kebanyakan disesuaikan dengan nama bangunan yang terdapat didalamnya. 

Adapun halaman yang terdapat  di Keraton Yogyakarta, antara lain :

1.   Halaman sitihinggil utara
2.   Halaman kemandungan utara
3.   Halaman srimanganti
4.   Halaman pusat Keraton Yogyakarta
5.   Halaman kemagangan
6.   Halaman kemandungan selatan
7.   Halaman sitihinggil selatan
Keraton Yogyakarta merupakan komplek bangunan pusat pemerintahanan Kerajaan yang terletak di pusat ibu kota Kasultanan Yogyakarta. Membicarakan komplek bangunan Keraton Yogyakarta sebagai pusat Kerajaan, tidak dapat terlepas dari unsur-unsur bangunan  yang terdapat dilingkungan komplek Keraton, diantaranya benteng, parit  keliling, alun-alun, masjid Agung, dan komplek Tamansari. 

Unsur-unsur bangunan pada komplek Keraton :

1.   Benteng 

Benteng Keraton Ngayogyakarta
Benteng yang mengelilingi ibu kota Kerajaan disebut benteng Baluwarti, didirikan tahun 1782  Masehi. Di dalam benteng, selain istana Sri Sultan dan komplek Tamansari dijumpai pula  bangunan-bangunan, diantaranya tempat tinggal para bangsawan, tempat tingga l Abdi Dalem dan tempat tinggal kelompok prajurit Keraton. Bekas-bekas bangunan yang sekarang masih utuh adalah dinding sisi selatan, bagian sudut tenggara, sudut barat daya dan sudut barat laut. Dilihat dari bekas-bekasnya, benteng pertahanan kota ini mempunyai denah segi empat, tiap-tiap sisinya menghadap kearah empat mata angin utama. Pada sisi utara terdapat dua buah gapura (plengkung), sedang pada sisi timur, selatan, dan barat masing-masing terdapat sebuah gapura (plengkung). Pada tiap-tiap sudutnya terdapat gardu pengintai yang disebut tulak tala ( bastion ) dan sekarang yang masih utuh adalah bagian sudut tenggara, barat daya dan barat laut, sedangkan bagian timur laut sudah tidak ada. 

2.   Parit Keliling

Parit yang disebut dengan jaga ng merupakan saluran air yang mengelilingi pusat kota Yogyakarta  kuno. Parit keliling ini terdapat disepanjang dinding benteng bagian luar  dan berdenah segi empat. Panjang parit sama dengan panjang dinding be nteng, yaitu tiap sisinya lebih kurang satu kilometer. 

3.   Alun-alun

Alun-alun Ngayogyakarta
Alun-alun adalah tanah la pang yang terdapat di  depan dan di belakang komplek Keraton, yang di depan disebut alun-alun ut ara, sedangkan yang di belakang disebut alun-alun Pangkeran.  Alun-alun selatan berfungsi sebagai tempat latihan baris-berbaris para prajurit untuk persiapan upacara kerajaan, tempat upacara pemberangkatan jenazah dan sebagainya. 

4.   Masjid Agung

Masjid Agung Ngayogyakarta
Bangunan masjid ini terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian masjid yang merupakan bagian utama yang di bangun pada tahun 1773 semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, raja pertama Kerajaan Mataram
Yogyakarta, sedangkan bagian kedua  adalah serambi yang dibangun pada tahun 1775 juga atas prakarsa Hamengkubuwono I. Bangunan masjid Agung kondisinya masih baik dan sampai saat ini masih dipergunakan sebagai tempat ibadah sholat dan upacara-upacara yang berhubungan dengan agama Islam. Bentuk bangunan masjid Agung berbentuk tajug ceblokan, yaitu bangunan dengan atap berbentuk tajug disangga oleh beberapa tiang yang langsung berdiri di  atas lantai bangunan, tanpa umpak. Atap bangunan terdiri dari tiga tingkat (atap tumpang) yang disangga oleh 36 tiang, empat buah diantaranya adalah tia ng saka guru (guru utama). Bangunan berdiri di atas lantai yang berdenah bujur sangkar denga n ukuran 27,5 X 27,5 meter dan tebalnya 1,5 meter. Di samping kiri dan kanan bangunan terdapat serambi samping yang disebut  pawestren,  yaitu sebagai tempat bersembahyang bagi kaum wanita. Pada  puncak atap masjid terdapat hiasan kamuncak yang disebut  mustaka. Di bagian depan masjid terdapat serambi yang luas dan bersuasana teduh, sedangkan di halaman masjid terdapat bangunan yang di sebut pagongan, tempat untuk menyimpan gamelan Sekaten yang digunakan sejak berabad-abad lamanya untuk mengumpulkan masyarakat sekitar. Masjid Agung Yogyakarta memiliki perpaduan arsitektur bernafaskan Islam dan Jawa. Dibeberapa bagian masjid terdapat ukiran kayu dan tulisan aksara Jawa.

5. Tamansari




 
Tamansari adalah sebuah komplek yang berisi bangunan, kolam, kebun, dan taman. Tamansari didirikan  tahun 1765 Masehi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Adapun fungsi Tamansari  sebagai tempat berekreasi, bercengkrama atau bersenang-senang Sri Sultan dengan seluruh keluarganya. Peninggalan-peninggalan di dalam komplek Tamansari dapat dikategorikan berupa gapura, gedung, kolam-kolam kecil, urung-urung dan kolam segaran.

Sumber : cemonggaul.com
Skripsi "Peranan Abdi Dalem  Dalam Pelaksanaan Tradisi Sekaten Pada Pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono Ix – Sri Sultan Hamengkubuwono X Di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat"
Foto : dari berbagai web dan blog

Friday, 22 February 2013

5 Gunung Paling Angker di Indonesia


Gunung angker selalu menakutkan salah satunya yang menjadi koraban gunung angker adalah pesawat Sukhoi  Superjet 100 yang jatuh di  Gunung Salak sampai saat ini masih menjadi misteri apa penyebap pesawat itu sampai jatuh ada dugan bahwa pesawat Sukhoi superjet itu jatuh akibat keangkeran dari Gunung Salak yang memancarkan aura mistis. Aura mistis sangat kental di kawasan Gunung Salak,  ternyata selain gunung Salak di Indonesia ini masih ada beberapa Gungung yang di anggap angker dan memacarkan aura mistis oleh masyarakat kamu mau tahu gunung apa aja itu simak 5 Gunung paling angker di Indonesia berikut ini seperti di kutip dari okezone.com.
1. Gunung Salak, Jawa Barat
Gunung yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 ini dikenal sebagai tempat yang menyimpan banyak misteri. Pesawat Sukhoi yang jatuh pada 9 Mei 2012 bukanlah pesawat pertama yang jatuh di gunung ini. Sebelumnya, sudah ada enam kali pesawat jatuh di kawasan Gunung Salak.
Gunung yang menjadi wisata pendakian ini juga kerap menuai kisah misteri dari para pendakinya. Banyak pendaki yang mendengar suara gamelan atau bahkan hingga melihat penampakan mahluk halus saat mendaki Gunung Salak. Bahkan, tidak sedikit pendaki yang hilang di Gunung Salak.
Selain pendakian, tempat wisata lain di Gunung Salak juga dianggap mistis, contoh Kawah Ratu dan Curug Seribu yang juga banyak menelan korban. Tak sedikit wisatawan tewas karena keracunan belerang di Kawah Ratu atau tenggelam saat berenang di kolam Curug Seribu. Hal ini mengundang banyak cerita misteri di Gunung Salak.
2. Gunung Halimun, Jawa Barat

Gunung Halimun merupakan gunung yang terletak di antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Lebak. Gunung dengan ketinggian sekira 1.925 mdpl ini dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Di sebelah timur gunung ini terdapat Gunung Salak.
Di wilayah sekitar Halimun Bogor dan sekitarnya ada benteng-benteng milik Prabu Siliwangi yang tak kelihatan, pusat kerajaan ada di Gunung Salak, sebenarnya ini sudah menjadi rahasia umum.
Catatan sejarah soal Kerajaan Siliwangi pasca kehancurannya setelah diserang Kesultanan Banten pada 1620-an. Konon, ratusan macan gembong atau harimau bertempat tinggal di sebuah bangunan dekat Kebun Raya Bogor sekarang.
Selain itu, ditemukan rawa berisi badak di sekitar Sawangan. Tempat ini dahulunya dinamakan Rawa Badak, dimana di bagian ujungnya ditemukan situs parit dan bekas tembok keraton yang dijadikan sarang macan. Kini, sarang macan ini dikenal pertigaan beringin di Sawangan. Selain catatan-catatan arkeologi, ada catatan mistis tentang segitiga Bogor.
Sisa-sisa dari Laskar Perang Bubat melarikan diri ke Gunung Salak, sementara sisa-sisa dari punggawa Siliwangi yang diserang Banten lari ke Gunung Halimun. Tempat dimana seringnya pesawat menghilang ini mirip Segitiga Bermuda dan Segitiga Formosa.
Gunung Halimun dan Gunung salak mirip Gunung Lawu yang disucikan Majapahit; tak boleh ada yang melintasi diatasnya, burungpun bisa mati bila melewati satu titik tanah yang sakral.
3. Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah & Jawa Timur
gunung lawu
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air dan belerang.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit, yakni Candi Sukuh dan Candi Cetho.
Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran, yaitu Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, pemakaman untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Soeharto.
Gunung Lawu menyimpan sejumlah teka-teki yang hingga kini masih menjadi misteri, terutama pada tiga puncak utamanya yang menjadi tempat penuh mitos bagi masyarakat Jawa. Puncak Hargo Dalem diyakini sebagai tempat pemusnahan diri Raja Majapahit Prabu Brawijaya Pamungkas. Sementara, Harga Dumilah merupakan lokasi penuh misteri yang menjadi tempat olah batin dan bersemedi.
Gunung Lawu disebut-sebut sebagai pusat kegiatan spiritual di Tanah jawa, yang bertalian erat dengan budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta. Tak heran, setiap orang yang hendak melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu harus memahami dan mematuhi segala larangan. Jika melanggar, maka orang tersebut diyakini akan celaka saat mendaki Gunung Lawu.
4. Gunung Ceremai, Jawa Barat
gunung cermai
Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 meter. Pada ketinggian sekira 2.900 meter dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Gunung Ciremai dengan jalur mautnya dan seringnya jatuh korban dari para pendaki ternyata menimbulkan berbagai kisah menyeramkan. Beberapa kawasan di gunung ini diceritakan memiliki aura mistik yang kental. Salah satunya situs Kuburan Kuda, yang merupakan kuburan kdua tentara Jepang di masa penjajahan. Jika melewati daerah ini sering terdengar ringkikan kuda tanpa ada wujudnya.
Ada pula Situs Papa Tere, yang dianggap angker karena pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak oleh ayah tirinya. Situs Sangga Buana dan Pengasungan juga dikabarkan angker karena sering terdengar derap langkah kaki para serdadu Jepang. Menurut cerita, tempat ini dulunya menjadi tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.
5. Gunung Merapi, Yogyakarta
gunung merapi
Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat.
Selain itu, Gunung Merapi juga dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk- makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.
Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk halus.

5 Universitas Tertua di Yogyakarta


sebagai kota yang mendapat julukan sebagai kota pelajar, tentu saja Jogjakarta memiliki puluhan universitas yang menjadi tempat belajar bagi ribuan lebih mahasiswanya. Nah, diantara puluhan sekolah tinggi dan universitas ini tentu ada 5 universitas yang dinobatkan sebagai universitas tertua di Jogjakarta karena beberapa kriteria. Kriterianya pun antara lain ditentukan dari cikal bakal tahun pendiriannya, bukan tahun pendirian secara utuh. Lalu, dari sumber sejarah yang valid dan yang terakhir, informasi kampus dari Direktorar Jendral Pendidikan Tinggi. Nah, hasilnya, ini dia 5 Universitas tertua di Jogjakarta;
  • Universitas Islam Indonesia (UII)
Kampus yang berdiri sejak 8 Juli 1945 ini awalnya bernama Sekolah Tinggi Islam dan memiliki program study mengenai agama Islam. Kemudian pada perkembangannya, pada 4 Juni 1948 Sekolah Tinggi islam diubah menjadi UII dan ditetapkan tidak saja menjadi universitas tertua di Jogjakarta namun juga Universitas swasta tertua di Indonesia. perkembangan tersebut juga mempengaruhi program study yang diajarkan, dengan penambahan program study seperti manajem dan ilmu hukum. Sampai sekarang, Fakultas Hukum di UII menjadi favorite dan beberapa lulusannya menjadi orang-orang ternama seperti Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia.
  • Universitas Gadjah Mada (UGM)
UGM yang sebelumnya bernama Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ini berdiri pada 3 Maret 1946. Sampai sekarang, kampus UGM semakin populer di kalangan masyarakat karena pamor dan eksistensinya yang terbukti masuk dalam jajaran 300 Universitas terbaik di dunia, dan juga 50 besar kampus dalam kategori Best Life Science & Bio-medicine School in Asia. Untuk regional, UGM termasuk dalam 5 besar perguruan tinggi terfavorit di Indonesia dengan berbagai macam pilihan jurusan seperti kedokteran, tekhnik elektro, tekhnik kimia, tekhnik mesin, arsitektur, akuntasi, psikologi, hubungan internasional, komunikasi dan sastra inggris.
  • Universitas Sanata Dharma (USD)
     
awalnya, USD merupakan Sekolah Pendidik Guru pertama di Jogjakarta yang berdiri pada 17 Desember 1955 dengan nama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Sanata Dharma. Lalu melihat perkembangannya yang significant, pada 20 April 1993, perguruan tinggi ini mengubah sistemnya menjadi Universitas Katolik Sanata Dharma dan menambah beberapa fakultas baru seperti Sains& Teknologi, Psikologi dan Farmasi. Sampai sekarang USD merupakan satu-satunya Universitas swasta di Jogjakarta yang mendapat akreditas A. selain itu masih ada program studi Sastra Inggris yang menempatkan USD menjadi kampus terbaik se Asia Tenggara.
  • Universitas Janabadra (UJB)
Universitas Janabadra merupakan lembaga perjuangan pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Janabadra yang berlokasi di Jogjakarta. Dengan menggunakan asas Pancasila dan UUD 1945 yang berwawaskan kebangsaan dan memiliki jati diri nasionalisme yang mengarahkan mahasiswanya menjadi insan intelek yang bermoral tinggi
Pada mulanya UJB bernama Perguruan Tinggi Janabadra yang kemudian dengan berlakunya UU nomor 22 tahun 1961 tentang “perguruan tinggi” namanya diubah dan disesuaikan menjadi Universitas Janabadra. Nama Janabadra sendiri berasal dari nama seorang pujangga asli Jawa yang hidup di abad VII bernama D’Nanabadra yang selanjutnya menurt lidah Indonesia, untuk mempermudah pengucapannya menjadi Janabadra.
Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1958 Universitas Janabadra berdiri dengan 3 fakultas yaitu Ekonomi, Hukum dan Tekhnik Sipil.

  • Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta (UPN ‘V’ Yogyakarta)
Pada awalnya UPN ‘Veteran’ Yogyakarta bernama Akademi Pembangunan Nasional (APN) Veteran yang didirikan oleh Menteri Urusan Veteran RI berdasarkan keputusan menteri no: 139/KPTS/ tahun 1958 pada tanggal 8 Oktober 1958. Namun pada prakteknya kuliah pertama disini dimulai pada tanggal 15 Desember 1958 yang kemudian diputuskan menjadi hari Dies Natalies UPN ‘Veteran’ Yogyakarta. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Menteri Pertahanan Keamanan RI No. 0307/0/1994 dan Kep/10/XI/1994 tanggal 29 Nopember 1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1995, UPN “Veteran” Yogyakarta beralih status dari Perguruan Tinggi Kedinasan dibawah Dephankam menjadi Perguruan Tinggi Swasta.Mulai tanggal 10 April 1996 UPN “Veteran” Yogyakarta bernaung dibawah Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKPBS) yang didirikan oleh Menhankam dan Pangab pada tanggal 19 Desember 1989. Sekarang UPN “Veteran” Yogyakarta bernaung dibawah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP), YKPP juga membawahi SMA Taruna Nusantara di Magelang. Kini UPN “Veteran” Yogyakarta memiliki 5 Fakultas dengan jumlah 17 Program studi, diantaranya Fakultas Teknologi Mineral, yang mencakup Jurusan Teknik Pertambangan, Teknik Perminyakan, Teknik Geologi, yang tak kalah populer dengan Universitas lainnya di Jogja. Serta Lulusan UPN “Veteran” Yogyakarta terbukti mampu menghasilkan banyak lulusan yang kompeten di dalam bursa kerja terutama bekerja di perusahaan Migas dan Non Migas baik BUMN maupun swasta.

7 Candi Terindah di Yogyakarta


Peninggalan sejarah memang menarik untuk diteliti dan di gali sedalam- dalamnya tentang asal usul sejarah, budaya dan kebenaranya. Di Yogyakarta anda bisa menemukan banyak candi yang bisa anda datangi, mulai dari candi yang mungil dan belum dikenal wisatawan luas , sampai yang sudah dikenal oleh wisatawan luas dalam dan luar negeri. Beriikut ini adalah 7 candi yang di Yogyakartayang menarik untuk anda kunjungi dan menarik untuk anda teliti dan gali sejarah dan budayanya.
Candi Borobudur dibangun pada masa abad 8 dan 9 sekitar tahun 800 Masehi yakni pada masa kejayaan pemerintahan Wangsa Syailendra. Pendirinya adalah Raja yang berasal dari wangsa syailendra yakni Raja Samaratungga, dimulai sekitar tahun 824 Masehi dan berakhir sampai pada awal tahun 900 yakni pemerintahan sudah berganti dari Raja Samaratungga menjadi Ratu Pramudawardhani yang tidak lain adalah putri dari Raja Samaratungga sendiri.  Candi Borobudur terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar diatasnya terdapat 3 pelataran melingkar, Dinding dihiasi dengan relief sebanyak 2672 panel dan sebanyak 502 Arca Budha. Stupa utama terletak di tengah tengah dan merupakan yang terbesar, dikelilingi 72 stupa berlubang yang didalamnya ada arca Budha yang tengah duduk bersila. Candi ini terbagi menjadi 3 tingkat menurut kosmologi Budha yakni : 1. Kamadhatu (ranah hawa nafsu), yaitu dunia yang masih dikuasai oleh hawa nafsu, Bagian ini diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Disini terdapat 160 relief cerita Karmawibhangga namun saat ini tersembunyi karena tertutup struktur.. 2. Rupadhatu (ranah berwujud), yaitu dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu. Bagian ini terdiri dari empat lorong dengan 1300 gambar relief dengan panjang seluruhnya 2,5 km. 3. Arupadhatu (ranah tak berwujud), yaitu dimana manusia sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Tingakatan tertinggi ini dilambangkan dengan stupa yang terbesar dan tertinggi, stupa polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan arca Budha belum selesai. Menurut kepercayaan patung yang salah dalam pembuatannya tidak boleh dirusak.
Candi ini dibangun pada masa pemerintahan 2 Raja yakni Raja Rakai Pikatan dan Raja Rakai Belitung sekitar abad 10 atau ± tahun 850 Masehi oleh Wangsa Sanjaya. Candi ini juga disebut candi Roro Jonggrang ini tidak terlepas dengan legenda yang ada yakni legenda yang pada waktu itu diceritakan ada seorang Pemuda bernama Bandung Bondowoso yang jatuh cinta terhadap Putri Roro Jonggrang, namun ternyata cinta bertepuk sebelah tangan. Struktur candi prambanan ini menggambarkan secara jelas kepercayaan dalam agama Hindu, yakni TRIMURTI maka Candi ini memiliki 3 Candi utama yang melambangkan hal tersebut.  Ketiga candi terbut adalah Candi Wisnu, Candi Brahma, dan Candi Siwa yang semuanya menghadap ke Timur.Masing- masing candi utama memiliki satu candi pendamping yakni Garuda untuk Candi Wisnu, Angsa untuk Candi Brahma dan Nandini untuk candi Siwa. Setiap candi utama juga memiliki 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sedangkan pada halaman terdapat 224 candi. Candi Siwa merupakan candi yang tertinggi dan terdapat 4 ruangan, ruangan utama berisi Arca Siwa, kemudian Arca Durga (istri Siwa juga disebut sebut sebagai arca Putri Roro Jonggrang), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Sedangkan disebelah selatan Candi Siwa ada Candi Brahma yang terdiri dari satu ruangan saja berisi Arca Brahma demikian juga disebelah utaranya adalah Candi Wisnu disini juga terdirti satu ruangan saja yang berisi Arca Wisnu

Candi sewu merupakan situs candi budha terbesar setelah candi borobudur di Magelang. Nama candi sewu sendiri bukan berarti candi sewu mempunyai bangunan candi berjumlah sewu (seribu), candi sewu hanya mempunyai bangunan berjumlah 257.  Dengan 1 candi utama 8 candi apit dan sisanya sebagai candi perwara dengan berbagai macam arca dan relief yang bisa anda temukan didalamnya .Banyak arca, relief dan pahatan yang bisa anda temukan di candi sewu ini, memasuki gerbang candi ini anda akan menemukan dua arca Dwarapala di kanan dan kiri yang mempunyai ukuran tinggi dan besar, sekitar mempunyai tinggi 2,5 meter dengan posisi berlutut dan memegang gadang. Ada juga arca budha yang berada didalam candi utama dan masih banyak lainnya yang bisa anda temukan, sedangkan untuk reliefnya, anda bisa menemukan berberapa relief bangunan candi utama, di kaki candi utama anda akan menemukan pahatan yang berbentuk bunga dalam jambangan, anda juga bisa melihat pahatan yang berbentuk kalpawreksa, sedangkan diambang pintu masuk candi utama anda bisa melihat pahatan kepala naga dengan seekor singa yang terdapat dimulut naga. Sedangkan didinding canid perwara ( candi pendamping) dihiasi pahatan yang berbentuk pria yang memegang teratai dan mengenakan busana kebesaran agama budha.
Keunikan Candi yang bertinggi 7,5 meter ini adalah letaknya yang berada didalam tanah sedalam 6,5 meter , sehingga terlihat seperti muncul dari bawah tanah. Bagi pengunjung yang ingin masuk kedalam candi ini terdapat pintu masuk disisi Barat candi utama. Perjalanan masuk candi , anda akan dipuaskan dengan ornamen berupa sayap yang terdapat pada tangga, dan diujung sayap terdapat dua patung yang menyerupai mahkluk kerdil. Terdapat juga hiasan menyerupai singa dengan ekor yang panjang.  Keunikan lainnya, candi ini tidak mempunyai penyangga sehingga ruangan bawah langsung berfungsi sebagai penyangga, sehingga alasnya sejajar dengan tanah. nda akan menjumpai relung- relung yang digunakan untuk menempatkan patung. Anda dapat melihat patung Dewi Durga (istri dari dewa siwa) yang mempunyai 8 tangan, lengkap dengan senjatanya yang digenggam ditangan, di sisi Timur anda akan menjumpai patung Dewa Ganesha yang merupakan anak dari Dewi Durga, dan di sisi Selatan terdapat patung Agastya. Direlung kanan dan kiri anda akan menjumpai  Dewa penjangga pintu, Mahakala dan Nadisyawara. Anda juga bisa melihat patung Yoni dan Lingga yang berukuran besar yang berada di sebuah bilik didalam candi. Selain candi utama anda akan mendapati 3 candi pendamping di komplek candi Sambisari ini, yang mempunyai 5,8 meter persegi dan tinggi 5 meter. Sedangkan dibagian luar candi terdapat tembok yang mengelilingi dengan ukuran 50 m x 48 m. Selesai melihat – liat candi anda bisa muju ruang informasi, disana terdapat foto- foto yang menceritakan sejak candi tersebut ditemukan, proses penggalian, proses rekronstruksi dan foto- foto peninggalan dari candi tersebut seperti arca dan prunggu yang sekarang di simpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Candi Ijo merupakan candi dengan letak tertinggi di Yogyakarta, Berada diketinggian 410 m diatas permukaan laut. Candi ijo didirikan sekitar abad ke-9. Memasuki  bangunan  pagar  bisa dilihat berbagai ornamen dan ragam hias. Candi ijo merupakan kompleks Percandian, Dikompleks candi ini terdiri 17 struktur bangunan dan 11 teras berundak. diteras ke-1 dan ke-4 terdapat satu candi, diteras ke-5 terdapat satu candi dan dua batur,Pada teras ke-9 merupakan sisa batur bangunan, diteras ke-8 terdapat bangunan tiga buah candi dan empat buah batur bangunan, terdapat juga prasasti bertulisakan kode huruf F yang bertuliskan Guywan, serta Prasasti batu yang berukuran tinggi 14 cm dan lebar 9 cm, diteras paling atas teras ke-11 merupakan tempat yang dianggap paling suci, pada halaman teras tersebut ditemukan pagar keliling , delapan buah linggapatok, dan empat bangunan, yaitu candi utama dan candi tiga candi perwara .  Sedangkan diteras ke-2 ke-3, ke-6, ke-7 dan ke-10 tidak ditemukan bangunan. Semua yang ada di bangunan Candi menarik untuk diteliti dan dipelajari.
Candi yang dibangun sekitar akhir abad ke 8 M ini mempunyai tinggi 34 meter dan lebar 45 meter. Disekeliling candi terdapat beberapa stupa berjumlah 52 buah dengan tinggi kurang lebih 4,60 meter sayang karena banyak bebatuan yang hilang sehingga tidak dapat direkonstruksi kembali. Selain stupa tersebut sbenarnya masih ada 3 candi pendukung. Candi ini mempunyai cirikhas yang tidak dapat ditemui di candi-candi lain yakni pada permukaan batu terdapat lapisan yang disebut Brajalepha yakni lapisan pada ornament relief yang terbuat dari getah beberapa tanaman yang berwarna kuning, fungsinya untuk perekat dan juga sebagai pelindung ornament agar tidak mudah rusak. Didalam ruang utama terdapat sebuah patung setinggi 6 meter terbuat dari perunggu namun belum diketahui perwujudan dewa apa yang dijadikan symbol tersebut. Candi ini terdari 3 bagian yakni Kaki candi, tubuh candid an atap candi Pada bagian kaki terdapat tangga untuk memasuki candi dengan berbagai hiasan-hiasan yang indah. Pada bagian tubuh candi disebelah tenggara terdapat sebuah singgasana yang dihiasi pola singa berdiri diatas punggung gajah, sedangkan diluar tubuh candi pada relungnya dihiasi figure dewa dalam posisi berdiri dengan memegang teratai. Sedangkan bagian ketiga atapnya terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama terdapat arca Budha yang melukiskan Budha sedangkan tingkat dua melukiskan Yani Budha. Untuk puncak atapnya kemungkinan berbentuk stupa, namun sekali lagi sayang banyak bebatuan yang tidak diketemukan
Bangunan ini pertama kalai ditemukan oleh Arkeolog dari Negara Belanda yang bernama HJ De Graaf pada abad ke 17. Bentuk bangunan berupa Gapura Utama, Candi, Kolam dengan dengan luas 20 x 50 m kedalaman 2 m, Gua, Pagar, Candi Pembakaran dan paseban. Bangunan-bangunan tersebut tersebar menjadi beberapa bagian. Salah satunya adalah bagian dimana terdapat 3 pintu gerbang yang saling berdekatan, membujur dari utara ke selatan. Pintu gerbang yang di tengah adalah yang terbesar dan merupakan pintu gerbang utama yang diapit oleh dua pintu gerbang lainnya yang disebut gerbang pengapit. Kemudian bagian yang terdiri dari 5 pintu gerbang, terdiri dari 4 gerbang pengapit dan satu gerbang utama yang terletak di tengah gerbang pengapit. Ada hal yang menarik di Candi Boko tersebut yakni untuk menikmati Sunset, Ditempat ini ditawarkan Paket “Boko Sunset”. Tentu saja paket ini hanya ditawarkan jikalau cuaca bagus, biasanya pengikut paket ini rata-rata berjumlah 10 orang. Di mulai pukul 4 sore para pengunjung di sugguhi Makanan ringan serta kopi atau the sembari menikmati tnggelamnya matahi di ufuk barat. Setelah Matahri terbenam dilanjutkan dengan makan malam dengan menu-menu yang ditawarkan adalah makanan tradisional Indonesia, antara lain Bakmi goreng, bakmi godog, nasi goreng, dan soto. Untuk paket ini Wisatawan mancanegara dikenai tariff Rp. 75.000,00 sedangkan wisatawan nusantara sebesar Rp. 35. 000,00.

Saturday, 16 February 2013

10 Pantai Terindah Di Yogyakarta


10 Pantai Terindah di Yogyakarta

pantai, pantai jogja,pantai parangtritis

Pantai terindah di yogyakarta - Banyak orang yang berwisata ke yogyakarta tetapi belum tahu pantai-pantai mana saja yang indah dengan panorama pemandangan laut yang menawan. yogyakarta sebenarnya mempunyai banyak pantai yang Indah tetapi masih jarang di datangi oleh Wisatawan Asing. Disini di paparkan keindahan 10 pantai di yogyakarta.


pantai jogja
1. Pantai parangtritis

Siapa tak kenal pantai yang satu ini. Sejak zaman dahulu, komplek pantai Parangtritis telah terkenal, tidak saja sebagai kawasan rekreasi pantai, tetapi juga terkenal sebagai tempat yang memiliki banyak peninggalan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan legenda Kanjeng Ratu Kidul atau Ratu Penguasa Laut Selatan.




2. Pantai Siung

Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun mesti menunggu berjam-jam.

pantai baron, pantai-panati di yogyakarta, pantai selata yogyakarta
3. Pantai Baron

Pantai Baron, pantai paling populer di Gunungkidul, karena pantai ini adalah pantai pertama yang akan ditemui jika mengunjungi gugusan kecup mesra laut dan daratan, simbol keelokan wisata pantai Gunungkidul. Jajaran Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Krakal dan Pantai Sundak berderet di sana, memanjakan pengunjung akan keriuhan ombak pembawa kedamaian kalbu

Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 20 km arah selatan kota Wonosari (40 km dari kota Yogyakarta). Pantai yang menjadi saksi pertemuan antara air laut dan air tawar, yang merupakan hasil dari sungai yang bermuara di satu sudut pantai baron, sebagai perlambang berpadunya dua hati meski dengan perbedaan latar belakang.

pantai kukup
4. Pantai kukup

Pantai Kukup berada sekitar 25 km ke arah selatan dari Kota Wonosari. Jika dari Jogja menuju ke pantai ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan bermotor. Jalanan menuju pantai ini berkelok-kelok dan naik-turun. Jadi harap berhati-hati jika menggunakan kendaraan menuju kesini.
Di pantai ini terdapat pulau karang yang dihubungkan dengan jembatan. Dari atas pulau karang ini kita bisa melihat indahnya hamparan pantai yang sangat luas disertai deburan ombak yang cukup besar. Meskipun siang hari, jika berada di pulau karang ini akan terasa sejuk karena angin yang bertiup cukup kencang.

pantai krakal
5. Pantai Krakal

Pantai Krakal dapat dicapai melalui jalan sepanjang 6 kilometer dari kawasan pantai Kukup, sehingga pantai Krakal merupakan mata rantai perjalanan setelah mengunjungi pantai Baron dan pantai Kukup. Jarak pantai Krakal dari Yogyakarta lebih kurang 65 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam.
Perjalanan menuju pantai Krakal ini juga melintasi bukit - bukit kapur, diselingi dengan teras - teras batu karang. Hal ini merupakan ciri dari daerah karst yang dikelola penduduk. Berdasarkan penelitian geologis, pada zaman yang silam, daerah ini merupakan dasar dari lautan yang oleh proses pengangkatan yang terjadi pada kerak bumi, dasar laut ini semakin lama semakin meninggi dan akhirnya muncul sebagai dataran tinggi. Batu - batuan karang yang nampak pada waktu itu merupakan bekas rumah binatang karang yanghidup di air laut saat itu.

Pantai Krakal merupakan pantai yang paling indah, di antara seluruh hamparan pantai di sepanjang pulau Jawa. Pantai ini akan dibangun menjadi kawasan pantai dan perkampungan wisatawan, khususnya wisatawan asing, semacam tourist resort Nusa Dua di pulau Bali. Pantai Krakal, bentuk pantainya landai, berpasir putih, terhampar sepanjang lebih dari 5 kilometer. Pantai ini menerima panas matahari dari pagi hingga petang hari sepanjang tahun. Angin laut yang terhembus sangat sejuk, ombaknya cukup besar.

pantai sundak
6. Pantai Sundak

Terlatak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.Nama pantai Sundak mulai digunakan setelah pantai ini menjadi tempat pertarungan anjing dan landak. Pertarungan terjadi karena seekor aning yang sedang kelaparan secara kebetulan berjumpa dengan seekor landak. Disana, terdapat batu-batu karang kecil berjajar dan menjadi persembunyian biota-biota laut. Daya tarik lain pantai ini adalah pohon-pohon yang membuatnya sejuk, hembusan angin laut diosekitar pantai akan semakin membuat kita betah dan ingin kembali kesini.

pantai indrayanti
indrayanti beach
7. Pantai Indrayanti

Sebuah pantai, dengan hamparan pasir putihnya yang sangat eksotis dan menawan, bersih, laut yang aman dan nyaman untuk berenang, dan tebing-tebing pinggir pantai yang asyik untuk memancing, itulah sedikit gambaran dari Pantai Indrayanti di Gunung Kidul, Yogyakarta. Memang, Pantai Indrayanti ini sendiri merupakan sebuah pantai yang belum begitu populer dibanding pantai-pantai lainnya di Gunung Kidul, namun, meski begitu, pantai ini tidak kalah indahnya dengan pantai-pantai lainnya. Sudah ada beberapa bangunan penunjang wisata di Pantai Indrayanti ini, jika anda membawa keluarga, dan ingin melewati malam di pantai ini, anda bisa menyewa pondok yang tersedia disini.

pantai ngrenehan
8. Pantai Ngrenehan

Terletak di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari + 30 km disebelah Selatan Kota Wonosari. Suatu pantai berupa teluk yang dikelilingi hamparan perbukitan kapur dan memiliki panorama yang sangat memukau dengan deburan ombak menerpa pasir putih.
Para wisatawan dapat menyaksikan aktifitas nelayan dan menikmati ikan siap saji atau membawa ikan segar sebagai oleh-oleh. Masih dalam satu kawasan dengan Pantai Ngrenehan + 1 Km. di sebelah Barat terdapat pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan. Setiap Bulan Purnama pada hari Raya Nyepi di Pantai Ngobaran dilaksanakan upacara Melasti.

pemecah ombak pantai glagah
9. Pantai Glagah

Pantai Glagah terletak di Kabupaten Kulon Progo, lebih kurang 40 km dari kota Yogyakarta. Pantai ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi atau dengan kendaraan umum bus atau micro - bus jurusan Yogyakarta-Purworejo hingga di persimpangan jalan menuju pantai Glagah. Dari persimpangan jalan ini, para pengunjung yang tidak mem-bawa kendaraan sendiri dapat meminta jasa “ojek”, yakni membonceng kendaraan bermotor beroda dua. Bagi para pecinta hiking, menempuh jarak tersebut dengan jalan kaki merupakan perjalanan yang sehat dan mengasyikkan.

pantai samas
10. Pantai Samas

Pantai Samas ini dikenal memiliki ombak yang besar dan terdapat delta-delta sungai dan danau air tawar yang membentuk telaga. Telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan, penyu, dan udang galah serta berbagai lokasi pemancingan.
Disebelah Barat terdapat Pantai Patehan dengan panorama yang indah Lokasi : di Desa Srigading, Kec. Sanden kurang lebih 24 Km dari yogyakarta ke arah Selatan. Atraksi/Event Wisata : Upacara Kirab Tumuruning Maheso Suro, Labuhan Sedekah Laut, Pentas Seni Budaya ( liburan dan lebaran ).

10 pantai di jogja  ini merupakan satu gugusan pantai sepanjang pantai selatan yogyakarta yang sebagaian banyak di daerah wonosari. 

 

This Template is Brought to you by : AllBlogTools.com blogger templates